Sosok ayam kampung mudah dibedakan dari ayam ras dan ayam buras lainnya. Pertama, corak dan warna bulunya yang beragam menjadi ciri khas ayam kampung. Dibandingkan dengan ayam ras, ayam kampung juga jauh lebih lincah dan aktif bergerak. Bahkan, jika dipelihara secara umbaran, terbiasa hinggap atau istirahat di dahan pohon yang cukup tinggi. Selain itu, ukuran tubuhnya juga lebih kecil dibandingkan dengan ayam ras. Bagi mereka yang tinggal di lingkungan yang memelihara ayam kampung, pasti sudah tidak asing dengan sosok ayam ini. Warna bulu. Ayam kampung memiliki ciri yang sangat khas, yaitu bulu yang beragam.

Pada pemeliharaan umbaran atau pemeliharaan “seadanya”, pertumbuhan bobot dan produktivitas bertelur ayam kampung sangat rendah. Untuk mencapai pertumbuhan bobot ukuran konsumsi, sekitar satu kilogram, dibutuhkan waktu hingga enam bulan. Sebaliknya, dengan pemeliharaan intensif dan penggunaan jenis ayam kampung khusus pedaging, bobot yang sama bisa diperoleh hanya dalam waktu sekitar dua bulan. Produktivitas bertelur ayam kampung sistem umbaran juga lebih rendah dibandingkan dengan yang dipelihara secara semi-intensif atau intensif. Rata- rata produktivitas bertelur ayam kampung sistem umbaran 30% atau sekitar 110 butir per ekor per tahun. Apabila dipelihara dengan sistem semi-intensif atau intensif, apalagi jika menggunakan jenis ayam kampung khusus petelur, produktivitas dapat mencapai 65% atau sekitar 235 butir per ekor per tahun. Untuk meningkatkan produktivitasnya, penulis melakukan berbagai upaya untuk menghasilkan ayam kampung, baik petelur maupun pedaging yang dianggap unggul. Berikut pemaparannya.

A.1 Ayam Kampung Petelur Unggulan
Ayam kampung petelur unggulan merupakan hasil persilangan. Berdasarkan pengalaman beternak ayam kampung, penulis menyilangkan ayam kampung untuk menemukan strain ayam kampung petelur unggulan. Antara lain mengawinkan indukan ayam arab dengan ayam kampung jantan. Penggunaan ayam arab didasarkan pada produksi telurnya yang tinggi, sedangkan penggunaan ayam pejantan kampung untuk mempertahankan sifat-sifat asli ayam kampung. Produktivitas bertelur ayam hasil silangan ini mencapai 65%. Sementara itu, produktivitas bertelur berbagai jenis ayam kampung murni hanya 30-40%.

A.2 Ayam Kampung Pedaging Unggulan
Untuk meningkatkan mutu genetik dan menghasilkan ayam kampung pedaging dengan pertumbuhan bobot optimal, penulis melakukan persilangan antara ayam kampung dengan beberapa jenis ayam buras. Persilangan awal dilakukan dengan mengawinkan ayam kedu jantan berkualitas baik dengan ayam kampung betina berkualitas baik. Selanjutnya, betina hasil persilangan kedua jenis ayam ini dikawinsilangkan kembali dengan ayam pelung jantan berkualitas baik. DOC basil persilangan kedua jenis ayam ini yang digunakan sebagai DOC pedaging. Sama seperti DOC ayam kampung petelur basil persilangan, DOC pedaging basil persilangan ini merupakan final stock. Artinya tidak dapat dikawinsilangkan lagi karena mutunya akan menurun. Keunggulan DOC pedaging basil persilangan ini adalah pertumbuhannya lebih cepat. Ayam kampung pedaging basil persilangan ini dapat mencapai pertumbuhan bobot hingga satu kilogram dalam waktu 2-2,5 bulan. Bandingkan dengan ayam kampung murni yang mencapai pertumbuhan bobot sekitar 1 kg dengan masa pemeliharaan lebih dari 3 bulan dengan sistem pemeliharaan yang relatif sama.

B. Ayam Nunukan
Ayam ini merupakan jenis ayam buras yang potensial sebagai ayam petelur. Nama ayam ini berasal dari daerah tempat ditemukannya banyak jenis ayam ini, yaitu di Tarakan dan Nunukan, Kalimantan Timur. Salah satu nama julukan untuk ayam nunukan adalah ayam cina karena ada yang berpendapat ayam ini berasal dari daratan Cina bagian selatan. Ciri ayam betina nunukan yang memiliki produktivitas bertelur yang baik adalah yang memiliki ekor panjang. Bobot betina nunukan dewasa mencapai 1,9 kg. Produktivitas bertelurnya mencapai 130 butir per tahun (sekitar 35%) dengan bobot telur rata-rata 50 gram per butir. Masa bertelurnya cukup lama, mencapai 3 tahun. Produktivitas ini bisa ditingkatkan dengan pemeliharaan yang intensif. Berbeda dengan betinanya, ayam nunukan jantan memiliki bulu sayap dan ekor yang pertumbuhannya tidak sempurna. Bulu ekornya sangat pendek dan tampak seperti dipotong. Ciri lain nunukan jantan adalah perawakannya cukup besar dengan bobot mencapai lebih dari 4 kg saat dewasa. Jengger dan pial nunukan jantan juga besar dan berwarna merah. Jenggernya tunggal bergerigi delapan dan runcing.

C. Ayam Kedu
Nama ayam kedu berasal dari daerah yang memang banyak dijumpai jenis ayam ini, yaitu Desa Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Ada dua pendapat mengenai asal ayam ini. Ada yang percaya, ayam kedu merupakan ayam asli Pulau Jawa yang kemudian diekspor ke Amerika pada tahun 1930-an dan dikenal dengan nama black Java breed (ayam hitam asal Jawa). Namun, ada juga pendapat yang mengatakan ayam kedu merupakan ayam hasil persilangan antara ayam dorking yang dibawa Raffles dengan ayam buras di daerah Dieng. Ayam ini memiliki ukuran standar ayam biasa dengan jengger tunggal. Ayam kedu betina memiliki bobot sekitar 2-3 kg dan kedu jantan memiliki bobot 2-4 kg. Umur ayam kedu rata-rata 6-8 tahun. Ayam kedu akan mulai bertelur pada umur 138-195 hari. Produktivitas bertelur ayam kedu sekitar 124 butir per tahun (34%). Namun, dengan pemeliharaan intensif menggunakan kandang baterai, produktivitas dapat ditingkatkan. Ayam kedu termasuk ayam buras yang potensial dijadikan ayam petelur dan pedaging. Ayam kedu memiliki beberapa jenis, di antaranya kedu hitarn, kedu putih, dan kedu lurik atau blorok (campuran). Produktivitas kedu hitam lebih tinggi daripada produktivitas kedu putih atau campuran. Pada jenis kedu hitam ada yang dikenal sebagai ayam cemani, yaitu jenis ayam yang seluruh bagian tubuhnya berwarna hitam, hingga daging, tulang, dan darahnya. Ayam cemani dengan kualitas seperti ini sangat langka dan banyak dijadikan ayam koleksi. Sementara jenis kedu hitam yang lain (bukan cemani) hanya memiliki warna hitam di bagian bulunya. Perbedaan mama kedu petelur dengan kedu dwifungsi adalah bobot badannya. Bobot betina kedu petelur sekitar 1,5 kg, sedangkan bobot betina kedu dwifungsi mencapai 2,5 kg. Sementara bobot jantan kedu petelur 2-2,5 kg, sedangkan bobot jantan kedu dwifungsi mencapai 3,5 kg. Kelebihan lain ayam kedu adalah mudah beradaptasi dengan lingkungan baru serta tahan terhadap stres dan penyakit. Ayam cemani. Merupakan salah satu jenis ayam kedu yang seluruh bagian tubuhnya berwarna hitam

D. Ayam Merawang
Ayam merawang merupakan ayam lokal yang banyak terdapat di daerah Bangka Belitung. Meskipun merupakan ayam asli dari Cina, ayam merawang sudah dipelihara cukup lama oleh masyarakat Bangka Belitung sehingga menjadi aset dan unggas lokal unggulan. Ayam merawang memiliki warna bulu yang seragam, yaitu cokelat kemerahan hingga keemasan. Penampilannya mirip dengan ayam ras petelur Rhode Island Red. Ayam ini potensial sebagai ayam petelur. Daya tetas telurnya cukup tinggi, mencapai 86,4%. Ayam merawang. meskipun merupakan ayam asli dari Cina, saat ini sudah menjadi aset dan unggas lokal unggulan di daerah Bangka Belitung

E. Ayam Sentul
Ayam sentul merupakan ayam lokal yang berkembang di wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ayam yang semula banyak dijadikan ayam aduan ini, sekarang dimanfaatkan sebagai ayam petelur atau pedaging. Penampilan fisik ayam sentul mirip dengan ayam bangkok. Bentuk jengger dan pialnya cukup besar dan lebar. Ada lima variteas ayam sentul berdasarkan warna bulunya, yaitu sentul emas, sentul debu, sentul jambe, sentul batu, dan sentul kelabu. Produksi bertelur ayam sentul sekitar 10-18 butir per periode dengan bobot setiap telur sekitar 43 gram. Fertilitas telur ayam sentul cukup tinggi, mencapai 80,4% dengan daya tetas hingga 78,2%.

F. Ayam Pelung
Ayam pelung merupakan jenis ayam buras yang awalnya banyak terdapat di Jawa Barat, terutama di daerah Cianjur dan Sukabumi. Namun, saat ini sudah banyak tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Ayam pelung jantan termasuk jenis ayam buras dengan bobot paling besar di antara jenis ayam buras lainnya. Bobotnya mencapai 3,50-5,50 kg/ekor. Pada masa lalu bahkan mencapai 7,5 kg/ekor. Sementara itu, bobot betinanya maksimum 3,5 kg/ekor. Besarnya pertumbuhan bobot ayam ini menjadikan ayam pelung berpotensi sebagai ayam buras pedaging. Ayam pelung betina mulai bertelur pada umur 165-210 hari. Produktivitas bertelurnya mencapai 68 butir per tahun dengan bobot telur sekitar 42 gram per butir. Ayam pelung. Berpotensi sebagai ayam pedaging, tetapi hingga saat ini lebih sering dipelihara sebagai ayam klangenan karena memiliki suara yang nyaring dan panjang

G. Ayam Hias
Selain jenis yang berpotensial sebagai ayam petelur atau pedaging, ada juga beberapa jenis ayam buras yang cocok sebagai hewan klangenan atau koleksi. Biasanya ayam yang dijadikan klangenan memiliki penampilan unik atau suara yang nyaring, panjang, dan merdu. Beberapa jenis ayam buras yang dapat dijadikan ayam hias di antaranya ayam walik (bahasa Jawa, artinya terbalik). Ayam ini memiliki bulu yang menghadap ke atas, kebalikan dengan bulu ayam lain yang menghadap ke bawah sehingga tampak keriting dan unik. Ada ayam katai yang sosoknya pendek,tetapi bentuk dan warna bulunya cukup menarik. Ada juga ayam kinantan yang berasal dari Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Ayam hias. Biasanya memiliki postur tubuh yang unik dan sering dijadikan hewan klangenan. Jenis ayam buras hias lainnya adalah ayam bekisar yang merupakan keturunan pertama (Fl) dari persilangan antara ayam hutan jantan (Gallus varius) dan ayam kampung betina (Gallus domesticus). Ayam hias ini memiliki keunggulan berupa bulu yang indah dan suaranya yang nyaring dan merdu.

Pustaka
Buku Pintar Beternak dan Bisnis Ayam Kampung Oleh Bambang Krista dan Bagus Harianto
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!