Ayam Kampung atau ayam lokal khas Indonesia memiliki beragam jenisnya. Masing-masing memiliki kelebihan dan keunggulan yang berbeda-beda. Misalnya saja dari warna bulu yang indah, pertumbuhan yang pesat, kokok yang merdu dan unik, penghasil telur yang bagus dan lain sebagainya. Sesungguhnya dengan kekayaan hayati tersebut. Indonesia bisa menjadi penghasil bibit ayam yang baik dengan melakukan pemuliaan bibit ayam kampung dengan kekayaan alam yang dimiliki tersebut.
Berdasarkan penelitian sejarah ayam kampung yang sekarang banyak dibudidayakan merupakan hasil domestifikasi dari ayam-ayam liar semenjak berpuluh-puluh tahun lalu. Konon ayam kampung berasal dari domestifikasi empat jenis ayam liar, yaitu ayam Hutan Merah (Gallus gallus), ayam Hutan Sri Lanka (Gallus lavayetti), ayam Hutan Abu-Abu atau ayam Soneratti (Gallus sonerattii) dan ayam Hutan Hijau atau ayam Hutan Jawa (Gallus varius ).
Jenis Ayam Lokal Indonesia
Sampai saat ini ada 31 rumpun jenis ayam lokal yang yang telah teridentifikasi antara lain ayam Kampung, Pelung, Sentul, Wareng, Lamba,Ciparage, Banten, Nagrak, Rintit atau Walik, Siem, Kedu Hitam, Kedu Putih, Cemani, Sedayu, Olangan, Nusa Penida, Merawang atau Merawas, Sumatera, Kokok Balenggek, Melayu, Nunukan,Tolaki, Maleo, Jepun, Ayunai, Tukung, Bangkok, Brugo, Bekisar, Cangehgar dan Kasintu.
1. Ayam Pelung
Ayam pelung banyak berkembang di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi, Jawa Barat. Ciri fisik ayam ini adalah tubuh berukuran besar, tegap dan temboloknya menonjol. Selain itu, kakinya panjang dan kokoh serta bagian pahanya berdaging tebal. Kepala ayam jantan memiliki jengger yang cukup besar dan berbantuk wilah, posisinya tegak, bergerigi nyata dan berwarna merah cerah. Jengger ayam betina tidak berkembang dengan baik. Warna bulu ayam pelung kuning bercampur merah dan sedikit semburat hitam. Ayam jantan memiliki suara kokok yang khas sehingga banyak dipelihara sebagai klangenan (binatang kesayangan). Ayam pelung dianggap berkualitas jika posisi leher saat berkokok tegak dan suara kokokannya tinggi terdengar sampai jauh. Bobot ayam jantan dewasa antara 3,5–5,5 kg dan ayam betina 2,5-3,5 kg. Produksi telurnya sekitar 39–68 butir pertahun atau 13–17 butir per periode bertelur. Berat telur sekitar 40–50 gram per butir. Ayam bertubuh bongsor ini mulai bertelur pada umur 6–7 bulan.
2. Ayam Ketawa
Ayam Ketawa berasal dari Kabupaten Sidrap , Sulawesi Selatan. Ayam Ketawa dikenal masyarakat Sulawesi Selatan dengan sebutan Ma’nu ga’ga yang berarti gagap. Ayam Ketawa memiliki suara kokok seperti suara tertawa manusia. Ayam Ketawa pada awal domestikasi hanya dipelihara dan berkembang biak di lingkungan Keraton Bugis (Roiz, 2011). Rataan bobot badan jantan dan betina ayam Ketawa pada umur lima bulan sekitar 825 dan 765 g (Krista, 1996). Ciri – ciri ayam Ketawa yang baik, yaitu saat berdiri tubuh tegak atau membusungkan dada dan ukuran proporsional antara tinggi badan, lingkar badan, panjang badan dan panjang kaki. Ciri fisik sangat mempengaruhi kualitas suara dan dapat dijadikan indikasi penduga kualitas kokok ayam Ketawa saat berada di arena.
3. Ayam Nunukan
Ayam nunukan adalah salah satu jenis ayam lokal yang berkembang di Pulau Tarakan, Provinsi Kalimantan timur. Ciri fisik ayam ini adalah warna bulunya merah kekuningan, paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih kekuningan, pertumbuhan bulu sayap dan bulu ekor tidak sempurna, jengger dan pialnya (gelambir) berwarna merah. Jenggernya berbentuk wilah, dan bergerigi delapan. Anak ayam yang berumur dibawah 45 hari cenderung berbulu kapas (Disnak Kaltim, 1995). Berat badan ayam jantan dewasa 3,4-4,2 kg dan ayam betina 1,6–1,9 kg. Ayam nunukan termasuk jenis ayam dwiguna (petelur dan pedaging). Produksi telur per tahun sekitar 120–130 butir atau 40 butir per periode bertelur. Bobot telur antara 40–60 gram/ butir. Creswell dan Gunawan (1982) menyatakan bahwa pada pemeliharaan intensif dengan pakan standar sesuai kebutuhan, ayam Nunukan umur 1 hari (DOC), 4, 8, 12, 16 dan 20 minggu mempunyai bobot badan berturut-turut 30,2, 168, 482, 843, 1304, dan 1507 g.
Produksi telur per tahun sekitar 100-140 butir, bobot telur 45-55 g, prosentase penetasan 61,2% dan dewasa kelamin ayam Nunukan adalah 7 bulan (Disnak Kaltim, 1995). Kualitas telur ayam Nunukan cukup baik yaitu mempunyai bobot telur 47,1 g dan warna kerabang telur cokelat muda keputihan (Wafiatiningsih et al., 1995).
4. Ayam Kedu Merah.
Warna bulu hitam mulus, tetapi kulit muka berwarna putih dan jenggernya berwarna merah. Sosoknya tinggi besar. Bobot ayam jantan dewasa antara 3-3,5 kg dan bobot ayam betina 2-2,5 kg. menurut fungsinya, jenis ayam ini termasuk dwiguna, yakni sebagai ayam petelur dan ayam pedaging. Uniknya, setelah bertelur selama 40 butir baru menunjukkan tanda-tanda akan mengeram.
5. Ayam Kedu Putih
Warna bulunya putih mulus. Jengger dan kulit mukanya merah, warna kakinya putih atau kekuningan. Jengger berbentuk (bergerigi) dan posisinya tegak. Bobot ayam jantan dewasa sekitar 2,5 kg dan ayam betina sekitar 1,2-1,5 kg. Bentuk badan besar dan berdaging tebal, ayam betina berumur 2 tahun mempunyai bobot rata-rata 2,5 kg dan ayam jantang dengan umur yang sama mempunyai bobot 3-3,5 kg (Sunarto et al., 2004).
Hasil penelitian Creswell dan Gunawan (1982) pada pemeliharaan intensif dengan pemeliharaan standard sesuai dengan kebutuhannya, ayam Kedu Putih umur 1 hari (DOC), 4, 8, 12, 16, dan 20 minggu mempunyai bobot badan sebesar 25,5, 151, 550, 875, 1352 dan 1575 g. pada penelitian lainnya dengan kondisi yang sama (standar) menghasilkan bobot badan pada umur 4, 8, 12, 16 dan 20 sebesar 140, 404, 739, 950 dan 1320 g. Produktivitas sifat produksi telur ayam Kedu Putih sebagai berikut: umur pertama bertelur 170 hari, umur 40% produksi 202 hari, puncak produksi 72%, produksi telur Hen Day 54,0%. Produksi telur 197 butir/tahun, produksi telur Hen House 49,6%, rataan bobot telur 39,2 g, rataan konsumsi pakan 82 g/ekor/hari dan konversi pakan 3,8.
6. Ayam Kedu Cemani.
Tubuhnya hitam mulus, termasuk paruh, kuku,telapak kaki, lidah dan telak (langit-langit mulut). Daging dan tulangnya juga hitam (Rahmat, 2003). Bentuk fisik tubuhnya tinggi besar. Bobot ayam jantan 3-3,5 kg kg dan ayam betina sekitar 2-2,5 kg.
Bobot anak ayam Kedu Cemani umur sehari (DOC) berkisar 28-32 g/ekor, kemudian bobot ayam betina umur 5 bulan berkisar antara 1400-1500 g/ekor. Umur pertama bertelur berkisar 4,6-5 bulan dan produksi telur pada pemeliharaan diumbar dan semi intensif berkisar 56-77 butir/ekor/tahun, sementara yang dipelihara intensif dalam kandang batere dapat mencapai 215 butir/ekor/tahun. Bobot telur ayam berkisar antara 41-49 g/butir. Konsumsi ayam dewasa per hari mencapai 93 g per ekor (Iskandar, 2005).
7. Ayam Kedu Hitam
Dilihat dari penampilan fisiknya, seolah ayam ini berwarna hitam legam. Namun, jika diamati lebih seksama ternyata bagian kulit, pantat dan jenggernya berwarna merah. Bobot ayam jantan dewasa sekitar 2-2,5 kg dan ayam betina sekitar 1,5 kg.
Ayam kedu yang berwarna hitam merupakan tipe petelur (Nataamijaya dan Diwyanto, 1994). Ayam kedu merupakan jenis petelur yang baik (Markens dan Mohede, 1941), dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa umur mulai bertelur 189 hari, produksi telur pada 12 bulan pertama adalah 123,9 butir dengan rataan bobot telur 50 g. Pada umumnya ayam Kedu mulai bertelur pada umur 6-7 bulan, dengan pemeliharaan secara intensif dapat mulai bertelur pada umur 4-4,5 bulan. Produksi telur selama satu tahun (umur 6-18 bulan) rata-rata 124 butir (Sunarto et al., 2004).
Produktivitas ayam kedu hitam yang diamati selama 20 mg seperti dikemukakan Nataamijaya dan Sitorus (1992) sebagai berikut: produksi telur 71 butir, bobot telur 42,4 butir, fertilitas 80,3%, daya tetas 79,6%, mortalitas 9,8%. Sementara itu produktivitas ayam kedu hitam yang dikemukakan Creswell dan Gunawan (1982) adalah sebagai berikut: umur pertama bertelur 138 hari, umur 166 hari produksi 40%, puncak produksi 75%, produksi telur hen day 58,8%. Produksi telur 215 butir/tahun, produksi telur hen house 54,8%, rataan bobot telur 44,7 g, rataan konsumsi pakan 93 g/ekor dan konversi pakan 3,6.
8. Ayam Sentul
Ayam lokal ini berkembang didaerah Ciamis, Jawa Barat. Meskipun asalnya sebagai ayam aduan, sekarang banyak dipelihara sebagai ayam pedaging dan petelur. Berdasarkan warna bulunya, ayam sentul terdiri dari lima varietas, yakni Sentul Kelabu (berwarna abu-abu), Sentul Geni (berwarna abu-abu kemerahan), Sentul Jambe (berwarna merah jingga), Sentul Batu (berwarna abu-abu keputihan), Sentul Debu (berwarna debu), dan Sentul Emas (berwarna abu-abu kekuningan). Warna ayam sentul cukup menarik, polanya mirip sisik naga. Ayam sentul mempunyai produksi telur yang banyak. Satu periode peneluran dihasilkan 12-30 butir telur. Prosentase penetasan tinggi yaitu 90%.
9. Ayam Gaok
Ayam lokal ini berasal dari Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Keistimewaannya adalah suara kokoknya yang cukup panjang mirip ayam Pelung. Bentuk fisik ayam Gaok jantan besar, tegap, dan gagah. Ukuran jengger dan pialnya besar dan berwarna merah. Warna kuning kehijauan mendominasi bulu-bulunya, ditambah lagi semburat merah dan hitam pada beberapa bagian. Kaki berwarna kuning.
Berat ayam jantan dewasa sekitar 4 kg dan ayam betina sekitar 4 kg dan ayam betina sekitar 2-2,5 kg. ayam Gaok yang dipelihara secara intensif selama pengamatan 12 minggu dapat menghasilkan produksi telur sebanyak 30,2 butir, bobot telurnya 46,7 g, fertilitas 80,1%, daya tetas 79,4%, mortalitas 15,3% dan bobot badan pada umur 8 minggu sebesar 515,8 g (Nataamijaya dan Sitorus, 1992).
10. Ayam Banten
Ditilik dari namanya, sudah barang tentu ayam ini berasal dari daerah Banten. Ayam jantan yang berpenampilan prima dipelihara sebagai ayam aduan, sedangkan ayam yang kurang prima dijual sebagai ayam potong. Bobot ayam jantan dewasa sekitar 2 kg dan ayam betina sekitar 1,2 kg. produksi telur sekitar 16 butir per periode bertelur.
11. Ayam Ciparege
Ayam lokal ini berkembang di daerah Karawang, Jawa Barat. Ciri fisiknya mirip ayam Bangkok, tetapi ukuran tubuhnya sedikit lebih kecil. Sosoknya ideal, tinggi tubuh dan ukuran tubuhnya tampak serasi. Jenggernya berwilah. Memiliki pial tunggal yang menjadi satu dengan cuping telinga. Berat ayam jantan dewasa sekitar 2,5 kg dan ayam betina dewasa sekitar 1,5 kg. Jumlah telur rata-rata 14 butir setiap periode bertelur.
12. Ayam Bali
Sesuai denan namanya, ayam ini berkembang pasat di Pulau Bali. Pejantannya di pelihara sebagai ayam sabug (aduan). Pertumbuhan bulu badannya cukup sempurna. Penampilan fisiknya tergolong prima, yakni besar, padat dan jika berdiri tegak membentuk sudut 60 derajat, sayangnya bagian lehernya pendek dan kepalanya sedikit kecil. Ukuran jengger relatif kecil dan warnanya merah pucat. Ayam jantan dewasa beratnya sekitar 2,5 kg. jumlah telur rata-rata 14 butir setiap periode bertelur.
13. Ayam Ayunai
Jenis ayam lokal ini berasal dari Merauke, Papua. Ciri fisiknya sangat khas, yakni bagian kepala dan temboloknya tidak ditumbuhi bulu alias gundul. Bagian lehernya sedikit ditumbuhi bulu, tepatnya di atas tenbolok. Berat tubuh ayam jantan dewasa berkisar 3,4-4 kg dan ayam betina berkisar 1,5-2 kg.
Ayam Ayunai merupakan jenis petelur dan pedaging. Produksi telur 10-14 butir per periode peneluran. Dalam satu tahun produksi telur sebanyak 40-60 butir. Bobot telur 6-75 g. Prosentase karkas 75-80%. Umur siap kawin 8 bulan (jantan) dan 7 bulan (betina). Umur mulai fase produksi 6 bulan, lama produksi bertelur 30 bulan. Jarak antara masa bertelur 10-14 hari. Masa rontok bulu antar masa bertelur 6 minggu (Diwyanto dan Prijono, 2007).
14. Ayam Wareng
Daerah penyebaran ayam lokal ini meliputi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ayam yang suara kokoknya cukup nyaring ini sangat lincah dan dan agak sulit ditangkap. Umur kawinnya tergolong muda, yakni empat bulan . ukuran kepala dan leher si pejantan kecil. Kakinya ramping dan panjang. Warna bulunya ada tiga yakni hitam, blorok (belang–belang putih dan hitam), dan putih.
Berat tubuh ayam pejantan dewasa rata-rata 1,5 kg dan ayam betina sekitar 1 kg dan produksi telurnya berkisar 15 butir per periode bertelur. Apabila dipelihara secara intensif produksi telurnya dapat mencapai 24-28 butir per periode bertelur, dikarenakan induk betina tidak memiliki sifat mengeram. Turunan ayam ini dapat direkomendasikan untuk jenis produksi telur seperti ayam Kedu (Kartiko, 1995).
Sumber: http://duwiszone.blogspot.com