Ada beragam pendapat mengenai penggunaan probiotik pada ternak ayam. Ada yang meragukan manfaatnya dan menganggap sia-sia saja namun ada juga yang berpendapat penggunaan probiotik sangat bermanfaat untuk produktifitas ternak. Ramainya perbincangan mengenai penggunaan probiotik pada ternak ayam, salah satunya adalah harga pakan,perlengkapan dan obat-obatan yang terus meningkat. Sedangkan harga produksi baik itu daging maupun telur tidak bisa mengimbangi kenaikan harga pakan dan obat tersebut. Seperti diketahui pengeluaran untuk pakan adalah bagian terbesar dalam ternak ayam, karena itu menekan pengeluaran untuk pakan dengan probiotik adalah jawabannya.

Bagaimana Probiotik Bekerja  
Saat ini banyak sekali merek dan produk probiotik tersedia di pasaran, namun untuk efektifitasnya hanya peternak yang telah mencobanya saja yang bisa tahu. Karena itu untuk meminimalkan trial and error mengaplikasikan produk probiotik ada baiknya untuk memahami cara kerja probiotik pada ternak ayam.

Secara umum ada 4 mekanisme umum yang terjadi di dalam tubuh ayam dengan penggunaan probiotik, yaitu:
(1) tercipta suasana usus yang tidak nyaman untuk bakteri patogen.
(2) eliminasi situs reseptor bagi bakteri patogen.
(3) produksi dan sekresi metabolit antimikrob
(4) kompetisi nutrisi essential.

Kondisi pH usus sangat mempengaruhi kelangsungan hidup sejumlah mikroorganisme pathogen. Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) oleh mikroflora normal usus pada pH. Pemberian antibiotik dalam jangka waktu panjang dapat mengganggu kelangsungan hidup mikroflora normal usus sehingga menurunkan produksi VFA dan menyebabkan suasana usus menjadi basa. DOC biasanya belum mampu memproduksi VFA secara optimal, sehingga penambahan probiotik sangat penting dilakukan.

Organisme probiotik memproduksi substansi antimicrobial yang dapat membunuh patogen dan berkompetisi dengan bakteri patogen dalam menempati situs reseptor di saluran pencernaan. Inhibitory product yang dihasilkan oleh probiotik antara lain asam lemak terbang (VFA) rantai pendek (lactic, propionic, butyric, acetic acid), hydrogen peroksida, dan diacetyl.
Manfaat Probiotik Untuk Ternak

Dengan memahami cara kerja probiotik pada ternak ayam tersebut ada beragam manfaat yang bisa diperoleh dengan aplikasi probiotik pada pakan ternak. Manfaat penggunaan probiotik pada ternak dialami oleh Ir Suharto MS seorang Dosen Universitas Negeri Sebelas Maret sekaligus pendiri PT Lembah Hijau Multifarm (LHM) Surakarta. PT LHM sendiri merupakan usaha bisnis pertanian terpadu, yang meliputi peternakan dan pertanian yang menggunakan probiotik. Ir Suharto adalah pakar sekaligus praktisi yang membuat usaha LHM menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Menurut Suharto, manfaat utama pemakaian Probiotik pada ternak adalah lahirnya efisiensi dan produktifitas ternak. Salah satu contohnya adalah pada ayam potong dan petelur, menghasilkan konversi pakan yang membaik. Dengan demikian biaya untuk pembelian pakan bisa lebih hemat.
Dari segi kualitas produk, menurut Suharto juga akan semakin meningkat, contohnya pada ayam potong, kandungan lemaknya lebih rendah, sebab Probiotik dapat meningkatkan Metabolisme Energi (ME) dan Total Digestible Nutrien (TDN) sehinga imbangan antara portein dan energi lebih bagus.

Manfaat lain penggunaan Probiotik pada ayam adalah aspek keserasian lingkungan dan kesehatan ayam. Dengan aplikasi probiotik pada ternak ayam udara lingkungan menjadi lebih segar karena kotoran ayam relatif tidak berbau dan berarti tidak ada protes dan keluhan masyarakat.

Penggunaan probiotik menurut Suharto juga akan berdampak konservasi atau pelestarian lingkungan, karena kotoran ayam tidak menjadi pencemar lingkungan bahkan kotoran itu menjadi perawat lingkungan dan lebih siap digunakan sebagai pupuk organik.

Seiring dengan udara segar, akibat rendahnya kandungan amoniak dalam kotoran, maka potensi ayam menderita gangguan kesehatan semakin kecil. Utamanya adalah penyakit yang berkaitan dengan sistem pernafasan akan dapat ditekan. Dengan demikian pertumbuhan ayam akan lebih optimal. Termasuk dalam hal ini, tentunya adalah pertumbuhan organ-organ tubuh yang secara langsung maupun tidak langsung pada sistem kekebalan. Inilah yang menjadi alasan penggunaan probiotik dapat meningkatkan kekebalam pada ayam. Penggunaan probiotik pada ternak ayam adalah upaya memaksimalkan hasil produksi ternak dengan menekan biaya produksi, namun memberikan hasil yang lebih optimal. Jika anda berminat tentu bisa bekajar dari para ahli dan praktisi yang sudah memiliki pengalaman langsung.

Sumber:
(1). http://www.majalahinfovet.com 
(2). http://www.novindo.co.id

Ayam Kampung atau ayam lokal khas Indonesia memiliki beragam jenisnya. Masing-masing memiliki kelebihan dan keunggulan yang berbeda-beda. Misalnya saja dari warna bulu yang indah, pertumbuhan yang pesat, kokok yang merdu dan unik, penghasil telur yang bagus dan lain sebagainya. Sesungguhnya dengan kekayaan hayati tersebut. Indonesia bisa menjadi penghasil bibit ayam yang baik dengan melakukan pemuliaan bibit ayam kampung dengan kekayaan alam yang dimiliki tersebut.

Berdasarkan penelitian sejarah ayam kampung yang sekarang banyak dibudidayakan merupakan hasil domestifikasi dari ayam-ayam liar semenjak berpuluh-puluh tahun lalu. Konon ayam kampung berasal dari domestifikasi empat jenis ayam liar, yaitu ayam Hutan Merah (Gallus gallus), ayam Hutan Sri Lanka (Gallus lavayetti), ayam Hutan Abu-Abu atau ayam Soneratti (Gallus sonerattii) dan ayam Hutan Hijau atau ayam Hutan Jawa (Gallus varius ).

Jenis Ayam Lokal Indonesia
Sampai saat ini ada 31 rumpun jenis ayam lokal yang yang telah teridentifikasi antara lain ayam Kampung, Pelung, Sentul, Wareng, Lamba,Ciparage, Banten, Nagrak, Rintit atau Walik, Siem, Kedu Hitam, Kedu Putih, Cemani, Sedayu, Olangan, Nusa Penida, Merawang atau Merawas, Sumatera, Kokok Balenggek, Melayu, Nunukan,Tolaki, Maleo, Jepun, Ayunai, Tukung, Bangkok, Brugo, Bekisar, Cangehgar dan Kasintu.

1. Ayam Pelung
Ayam pelung banyak berkembang di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi, Jawa Barat. Ciri fisik ayam ini adalah tubuh berukuran besar, tegap dan temboloknya menonjol. Selain itu, kakinya panjang dan kokoh serta bagian pahanya berdaging tebal. Kepala ayam jantan memiliki jengger yang cukup besar dan berbantuk wilah, posisinya tegak, bergerigi nyata dan berwarna merah cerah. Jengger ayam betina tidak berkembang dengan baik. Warna bulu ayam pelung kuning bercampur merah dan sedikit semburat hitam. Ayam jantan memiliki suara kokok yang khas sehingga banyak dipelihara sebagai klangenan (binatang kesayangan). Ayam pelung dianggap berkualitas jika posisi leher saat berkokok tegak dan suara kokokannya tinggi terdengar sampai jauh. Bobot ayam jantan dewasa antara 3,5–5,5 kg dan ayam betina 2,5-3,5 kg. Produksi telurnya sekitar 39–68 butir pertahun atau 13–17 butir per periode bertelur. Berat telur sekitar 40–50 gram per butir. Ayam bertubuh bongsor ini mulai bertelur pada umur 6–7 bulan.

2. Ayam Ketawa
Ayam Ketawa berasal dari Kabupaten Sidrap , Sulawesi Selatan. Ayam Ketawa dikenal masyarakat Sulawesi Selatan dengan sebutan Ma’nu ga’ga yang berarti gagap. Ayam Ketawa memiliki suara kokok seperti suara tertawa manusia. Ayam Ketawa pada awal domestikasi hanya dipelihara dan berkembang biak di lingkungan Keraton Bugis (Roiz, 2011). Rataan bobot badan jantan dan betina ayam Ketawa pada umur lima bulan sekitar 825 dan 765 g (Krista, 1996). Ciri – ciri ayam Ketawa yang baik, yaitu saat berdiri tubuh tegak atau membusungkan dada dan ukuran proporsional antara tinggi badan, lingkar badan, panjang badan dan panjang kaki. Ciri fisik sangat mempengaruhi kualitas suara dan dapat dijadikan indikasi penduga kualitas kokok ayam Ketawa saat berada di arena.

3. Ayam Nunukan
Ayam nunukan adalah salah satu jenis ayam lokal yang berkembang di Pulau Tarakan, Provinsi Kalimantan timur. Ciri fisik ayam ini adalah warna bulunya merah kekuningan, paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih kekuningan, pertumbuhan bulu sayap dan bulu ekor tidak sempurna, jengger dan pialnya (gelambir) berwarna merah. Jenggernya berbentuk wilah, dan bergerigi delapan. Anak ayam yang berumur dibawah 45 hari cenderung berbulu kapas (Disnak Kaltim, 1995). Berat badan ayam jantan dewasa 3,4-4,2 kg dan ayam betina 1,6–1,9 kg. Ayam nunukan termasuk jenis ayam dwiguna (petelur dan pedaging). Produksi telur per tahun sekitar 120–130 butir atau 40 butir per periode bertelur. Bobot telur antara 40–60 gram/ butir. Creswell dan Gunawan (1982) menyatakan bahwa pada pemeliharaan intensif dengan pakan standar sesuai kebutuhan, ayam Nunukan umur 1 hari (DOC), 4, 8, 12, 16 dan 20 minggu mempunyai bobot badan berturut-turut 30,2, 168, 482, 843, 1304, dan 1507 g.

Produksi telur per tahun sekitar 100-140 butir, bobot telur 45-55 g, prosentase penetasan 61,2% dan dewasa kelamin ayam Nunukan adalah 7 bulan (Disnak Kaltim, 1995). Kualitas telur ayam Nunukan cukup baik yaitu mempunyai bobot telur 47,1 g dan warna kerabang telur cokelat muda keputihan (Wafiatiningsih et al., 1995).

4. Ayam Kedu Merah.
Warna bulu hitam mulus, tetapi kulit muka berwarna putih dan jenggernya berwarna merah. Sosoknya tinggi besar. Bobot ayam jantan dewasa antara 3-3,5 kg dan bobot ayam betina 2-2,5 kg. menurut fungsinya, jenis ayam ini termasuk dwiguna, yakni sebagai ayam petelur dan ayam pedaging. Uniknya, setelah bertelur selama 40 butir baru menunjukkan tanda-tanda akan mengeram.

5. Ayam Kedu Putih
Warna bulunya putih mulus. Jengger dan kulit mukanya merah, warna kakinya putih atau kekuningan. Jengger berbentuk (bergerigi) dan posisinya tegak. Bobot ayam jantan dewasa sekitar 2,5 kg dan ayam betina sekitar 1,2-1,5 kg. Bentuk badan besar dan berdaging tebal, ayam betina berumur 2 tahun mempunyai bobot rata-rata 2,5 kg dan ayam jantang dengan umur yang sama mempunyai bobot 3-3,5 kg (Sunarto et al., 2004).

Hasil penelitian Creswell dan Gunawan (1982) pada pemeliharaan intensif dengan pemeliharaan standard sesuai dengan kebutuhannya, ayam Kedu Putih umur 1 hari (DOC), 4, 8, 12, 16, dan 20 minggu mempunyai bobot badan sebesar 25,5, 151, 550, 875, 1352 dan 1575 g. pada penelitian lainnya dengan kondisi yang sama (standar) menghasilkan bobot badan pada umur 4, 8, 12, 16 dan 20 sebesar 140, 404, 739, 950 dan 1320 g. Produktivitas sifat produksi telur ayam Kedu Putih sebagai berikut: umur pertama bertelur 170 hari, umur 40% produksi 202 hari, puncak produksi 72%, produksi telur Hen Day 54,0%. Produksi telur 197 butir/tahun, produksi telur Hen House 49,6%, rataan bobot telur 39,2 g, rataan konsumsi pakan 82 g/ekor/hari dan konversi pakan 3,8.

6. Ayam Kedu Cemani.
Tubuhnya hitam mulus, termasuk paruh, kuku,telapak kaki, lidah dan telak (langit-langit mulut). Daging dan tulangnya juga hitam (Rahmat, 2003). Bentuk fisik tubuhnya tinggi besar. Bobot ayam jantan 3-3,5 kg kg dan ayam betina sekitar 2-2,5 kg.

Bobot anak ayam Kedu Cemani umur sehari (DOC) berkisar 28-32 g/ekor, kemudian bobot ayam betina umur 5 bulan berkisar antara 1400-1500 g/ekor. Umur pertama bertelur berkisar 4,6-5 bulan dan produksi telur pada pemeliharaan diumbar dan semi intensif berkisar 56-77 butir/ekor/tahun, sementara yang dipelihara intensif dalam kandang batere dapat mencapai 215 butir/ekor/tahun. Bobot telur ayam berkisar antara 41-49 g/butir. Konsumsi ayam dewasa per hari mencapai 93 g per ekor (Iskandar, 2005).

7. Ayam Kedu Hitam
Dilihat dari penampilan fisiknya, seolah ayam ini berwarna hitam legam. Namun, jika diamati lebih seksama ternyata bagian kulit, pantat dan jenggernya berwarna merah. Bobot ayam jantan dewasa sekitar 2-2,5 kg dan ayam betina sekitar 1,5 kg.

Ayam kedu yang berwarna hitam merupakan tipe petelur (Nataamijaya dan Diwyanto, 1994). Ayam kedu merupakan jenis petelur yang baik (Markens dan Mohede, 1941), dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa umur mulai bertelur 189 hari, produksi telur pada 12 bulan pertama adalah 123,9 butir dengan rataan bobot telur 50 g. Pada umumnya ayam Kedu mulai bertelur pada umur 6-7 bulan, dengan pemeliharaan secara intensif dapat mulai bertelur pada umur 4-4,5 bulan. Produksi telur selama satu tahun (umur 6-18 bulan) rata-rata 124 butir (Sunarto et al., 2004).

Produktivitas ayam kedu hitam yang diamati selama 20 mg seperti dikemukakan Nataamijaya dan Sitorus (1992) sebagai berikut: produksi telur 71 butir, bobot telur 42,4 butir, fertilitas 80,3%, daya tetas 79,6%, mortalitas 9,8%. Sementara itu produktivitas ayam kedu hitam yang dikemukakan Creswell dan Gunawan (1982) adalah sebagai berikut: umur pertama bertelur 138 hari, umur 166 hari produksi 40%, puncak produksi 75%, produksi telur hen day 58,8%. Produksi telur 215 butir/tahun, produksi telur hen house 54,8%, rataan bobot telur 44,7 g, rataan konsumsi pakan 93 g/ekor dan konversi pakan 3,6.

8. Ayam Sentul
Ayam lokal ini berkembang didaerah Ciamis, Jawa Barat. Meskipun asalnya sebagai ayam aduan, sekarang banyak dipelihara sebagai ayam pedaging dan petelur. Berdasarkan warna bulunya, ayam sentul terdiri dari lima varietas, yakni Sentul Kelabu (berwarna abu-abu), Sentul Geni (berwarna abu-abu kemerahan), Sentul Jambe (berwarna merah jingga), Sentul Batu (berwarna abu-abu keputihan), Sentul Debu (berwarna debu), dan Sentul Emas (berwarna abu-abu kekuningan). Warna ayam sentul cukup menarik, polanya mirip sisik naga. Ayam sentul mempunyai produksi telur yang banyak. Satu periode peneluran dihasilkan 12-30 butir telur. Prosentase penetasan tinggi yaitu 90%.

9. Ayam Gaok
Ayam lokal ini berasal dari Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Keistimewaannya adalah suara kokoknya yang cukup panjang mirip ayam Pelung. Bentuk fisik ayam Gaok jantan besar, tegap, dan gagah. Ukuran jengger dan pialnya besar dan berwarna merah. Warna kuning kehijauan mendominasi bulu-bulunya, ditambah lagi semburat merah dan hitam pada beberapa bagian. Kaki berwarna kuning.

Berat ayam jantan dewasa sekitar 4 kg dan ayam betina sekitar 4 kg dan ayam betina sekitar 2-2,5 kg. ayam Gaok yang dipelihara secara intensif selama pengamatan 12 minggu dapat menghasilkan produksi telur sebanyak 30,2 butir, bobot telurnya 46,7 g, fertilitas 80,1%, daya tetas 79,4%, mortalitas 15,3% dan bobot badan pada umur 8 minggu sebesar 515,8 g (Nataamijaya dan Sitorus, 1992).

10. Ayam Banten
Ditilik dari namanya, sudah barang tentu ayam ini berasal dari daerah Banten. Ayam jantan yang berpenampilan prima dipelihara sebagai ayam aduan, sedangkan ayam yang kurang prima dijual sebagai ayam potong. Bobot ayam jantan dewasa sekitar 2 kg dan ayam betina sekitar 1,2 kg. produksi telur sekitar 16 butir per periode bertelur.

11. Ayam Ciparege
Ayam lokal ini berkembang di daerah Karawang, Jawa Barat. Ciri fisiknya mirip ayam Bangkok, tetapi ukuran tubuhnya sedikit lebih kecil. Sosoknya ideal, tinggi tubuh dan ukuran tubuhnya tampak serasi. Jenggernya berwilah. Memiliki pial tunggal yang menjadi satu dengan cuping telinga. Berat ayam jantan dewasa sekitar 2,5 kg dan ayam betina dewasa sekitar 1,5 kg. Jumlah telur rata-rata 14 butir setiap periode bertelur.

12. Ayam Bali
Sesuai denan namanya, ayam ini berkembang pasat di Pulau Bali. Pejantannya di pelihara sebagai ayam sabug (aduan). Pertumbuhan bulu badannya cukup sempurna. Penampilan fisiknya tergolong prima, yakni besar, padat dan jika berdiri tegak membentuk sudut 60 derajat, sayangnya bagian lehernya pendek dan kepalanya sedikit kecil. Ukuran jengger relatif kecil dan warnanya merah pucat. Ayam jantan dewasa beratnya sekitar 2,5 kg. jumlah telur rata-rata 14 butir setiap periode bertelur.

13. Ayam Ayunai
Jenis ayam lokal ini berasal dari Merauke, Papua. Ciri fisiknya sangat khas, yakni bagian kepala dan temboloknya tidak ditumbuhi bulu alias gundul. Bagian lehernya sedikit ditumbuhi bulu, tepatnya di atas tenbolok. Berat tubuh ayam jantan dewasa berkisar 3,4-4 kg dan ayam betina berkisar 1,5-2 kg.

Ayam Ayunai merupakan jenis petelur dan pedaging. Produksi telur 10-14 butir per periode peneluran. Dalam satu tahun produksi telur sebanyak 40-60 butir. Bobot telur 6-75 g. Prosentase karkas 75-80%. Umur siap kawin 8 bulan (jantan) dan 7 bulan (betina). Umur mulai fase produksi 6 bulan, lama produksi bertelur 30 bulan. Jarak antara masa bertelur 10-14 hari. Masa rontok bulu antar masa bertelur 6 minggu (Diwyanto dan Prijono, 2007).

14. Ayam Wareng
Daerah penyebaran ayam lokal ini meliputi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ayam yang suara kokoknya cukup nyaring ini sangat lincah dan dan agak sulit ditangkap. Umur kawinnya tergolong muda, yakni empat bulan . ukuran kepala dan leher si pejantan kecil. Kakinya ramping dan panjang. Warna bulunya ada tiga yakni hitam, blorok (belang–belang putih dan hitam), dan putih.

Berat tubuh ayam pejantan dewasa rata-rata 1,5 kg dan ayam betina sekitar 1 kg dan produksi telurnya berkisar 15 butir per periode bertelur. Apabila dipelihara secara intensif produksi telurnya dapat mencapai 24-28 butir per periode bertelur, dikarenakan induk betina tidak memiliki sifat mengeram. Turunan ayam ini dapat direkomendasikan untuk jenis produksi telur seperti ayam Kedu (Kartiko, 1995).

Sumber: http://duwiszone.blogspot.com

Ada beberapa fase atau tahapan dalam memelihara ayam bangkok petarung ini, dan berikut ini ada beberapa teknik cara budidaya ayam bangkok aduan yang saya ambil dari berbagai sumber

1. Metode Pemeliharaan Anak Ayam Bangkok
Pada pase setelah menetas hingga umur ±4 bulan merupakan pase perkembangan fisik yang sangat penting dalam menujang kemampuan seekor ayam Bangkok untuk memiliki kemampuan maksimal pada saat turun ke gelanggang. Banyak ayam Bangkok yang merupakan keturunan unggul karena kesalahan perawatan pada pase ini maka ayam tersebut tidak bisa memaksimalkan kemampuannya saat turun ke gelanggang, hal terpenting yang harus di perhatikan pada pase ini adalah pemberiaan pakan yang dan gerak yang maksimal.

“Anakan ayam sampai dengan umur 4 bulan harus menerima konsumsi pangan yang seimbang baik untuk protein, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air. Dalam kebiasaan sehari-hari kami di dalam memelihara ayam bangkok, anakan umur 1-4 bulan akan diberikan pangan yang berupa pakan buatan pabrik yang dicampur dengan susu tepung untuk anak bayi. Komposisi campuran yang kami gunakan adalah 1:5 (Contoh: 1 kg susu dicampur dengan 5kg pakan)”. Pemberiaan susu tepung sama pentingnya dengan pemberian ASI pada seorang anak manusia, karena zat-zat penting untuk proses pertumbuhan terkandung di dalamnya. Selain kemampuan dalam bertarung, zat-zat tersebut penting dalam membentuk postur tubuh, tulangan, otot, bulu dan bagian tubuh lainnya. Secara metode, pemelihaaran pasca menetas hingga ± 4 minggu tidak jauh berbeda dengan pemelihaaraan unggas (ayam) jenis lainnya, yaitu :

1. Pemeliharaan Bersama Induk Ayam
Pemeliharaan anak ayam pasca menetas bersama induk biasanya dilakukan untuk mengurangi penggunaan lahan, karena anak ayam disatukan dengan induk tanpa harus menggunakan kandang tambahan. Hal yang harus diperhatikan disini adalah bentuk kandang untuk anak ayam bersama induknya. Tidak seperti kandang untuk ayam dewasa, untuk alas kandang diusahakan lebih rapat dan tidak mendapat aliran udara langsung.

Anak ayam yang baru menetas masih dalam kondisi kritis hingga harus terlindungi dari temperature udara luar, cuaca yang tidak stabil dan penyakit, disinilah induk berperan secara naluri untuk melindungi dan menjaga anaknya dari cuaca dan udara yang tidak bersahabat. Anak ayam akan masuk kebagian sayap dan bagian tubuh lainya dari induk untuk menghangatkan diri. Pada tahap awal ini biasanya ada yang menyatakan bahwa anak ayam usia 1-2 hari hanya membutuhkan air bersih tidak memerlukan makanan karena ada cadangan makanan (kuning telur) yang masih tersisa ditubuhnya akan tetapi kebutuhan makanan tersebut tidak mencukupi. Agar lebih baik makan dan minum disediakan, untuk memaksimalkan penggunaan pakan, pemberian pakan dilakukan sebanyak 5 kali dengan kuantitas tidak terlalu banyak.

2. Dengan Menggunakan Induk Buatan
Metode ini dilakukan untuk meningkatkan produktifitas, sehingga induk ayam dapat cepat bertelur kembali. Metode ini juga dilakukan untuk anak ayam yang menetas dengan menggunakan mesin tetas. Secara simpel pada dasarnya induk buatan dibuat menyerupai fungsi seekor induk pasca menetas. Seperti yang telah dijelaskan seekor induk akan melindungi anak ayam yang baru menetas dari temperature udara luar, cuaca yang tidak stabil dan penyakit, untuk menggantikan peran induk maka kita harus membuat sebuah kandang yang terlindung dari serangan predator/hama, udara dan cuaca yang buruk.

Teknik Pemberian Pakan Ayam Bangkok, Pakan yang diberikan harus mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh ayam. Zat-zat yang dibutuhkan tersebut sebagi berikut :

Protein. Berfungsi sebagai zat pembangun tubuh. Protein berguna untuk meningkatkan jumlah otot serta daging, sehingga sangat dibutuhkan oleh anak ayam yang sedang tumbuh sampai berumur 6 bulan dan yang sedang dipersiapkan untuk diadu. Untuk menambahkan protein, para pemilik ayam sabung sering menambahkan cincangan daging kambing dalam pakan untuk ayamnya.

Lemak. Zat ini juga dibutuhkan ayam yang sedang tumbuh. Bagi ayam yang akan disabung, lemak tidak terlalu perlu. Ayam sabung justru harus langsing, singset, dan padat tubuhnya. Jika terlalu banyak lemak, ayam akan keberatan badan sehingga mudah lelah atau tidak mapu untuk memukul.

Karbohidrat. Zat ini sangat dibutuhkan oleh ayam sabung untuk menjaga stamina. Stamina ayam memang harus diperhatikan karena harus bertarung 5-6 ronde, setiap ronde lamanya 15 menit.

Vitamin dan mineral. Dua zat ini bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta kelincahan ayam sewaktu bertarung, meskipun jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu banyak, hanya 1-2% dari total ransum. Vitamin dan mineral juga berguna sebagai katalisator dalam

Proses metabolisme. Pemberian vitamin B kompleks sangat dibutuhkan untuk meningkatkan aktivitas ayam sabung. Kedua unsur tersebut sangat dibutuhkan untuk metabolisme dan pertumbuhan fisik ayam, seperti pertumbuhan tulang, mencegah kelumpuhan, dan menghindarkan kecacatan pada kaki.

Air. Selain pakan, ayam juga membutuhkan air. Air ini antara lain digunakan untuk proses metabolisme. Air juga diperlukan sebagai pelarut. Hampir 60% tubuh ayam terdiri atas air yang juga berguna dalam proses pencernaan, mengatur suhu badan, dan menyeimbangkan atau mengatur berbagai zat di dalam tubuh ayam.

Hijauan. Hijauan merupakan pakan tambahan bagi ayam bangkok. Biasanya hijauan diberikan sejak anak ayam berumur dua bulan. Pakan hijauan berupa kecambah kacang hijau (taoge), kangkung, daun pisang, dan hijauan lainnya yang mengandung air dan tidak memberikan efek racun bagi ayam.

Grit. Grit adalah bahan yang digunakan untuk membantu pencernaan ayam di tembolok, yaitu berupa kulit kerang atau cangkang bekicot. Grit bisa diberikan kepada ayam muda di dalam kandang umbaran. Grit tidak boleh diberikan kepada anak ayam di bawah umur tiga bulan karena akan mengganggu atau melukai pencernaannya.

Sumber : milanistaindonesia.blogspot.com

Sosok ayam kampung mudah dibedakan dari ayam ras dan ayam buras lainnya. Pertama, corak dan warna bulunya yang beragam menjadi ciri khas ayam kampung. Dibandingkan dengan ayam ras, ayam kampung juga jauh lebih lincah dan aktif bergerak. Bahkan, jika dipelihara secara umbaran, terbiasa hinggap atau istirahat di dahan pohon yang cukup tinggi. Selain itu, ukuran tubuhnya juga lebih kecil dibandingkan dengan ayam ras. Bagi mereka yang tinggal di lingkungan yang memelihara ayam kampung, pasti sudah tidak asing dengan sosok ayam ini. Warna bulu. Ayam kampung memiliki ciri yang sangat khas, yaitu bulu yang beragam.

Pada pemeliharaan umbaran atau pemeliharaan “seadanya”, pertumbuhan bobot dan produktivitas bertelur ayam kampung sangat rendah. Untuk mencapai pertumbuhan bobot ukuran konsumsi, sekitar satu kilogram, dibutuhkan waktu hingga enam bulan. Sebaliknya, dengan pemeliharaan intensif dan penggunaan jenis ayam kampung khusus pedaging, bobot yang sama bisa diperoleh hanya dalam waktu sekitar dua bulan. Produktivitas bertelur ayam kampung sistem umbaran juga lebih rendah dibandingkan dengan yang dipelihara secara semi-intensif atau intensif. Rata- rata produktivitas bertelur ayam kampung sistem umbaran 30% atau sekitar 110 butir per ekor per tahun. Apabila dipelihara dengan sistem semi-intensif atau intensif, apalagi jika menggunakan jenis ayam kampung khusus petelur, produktivitas dapat mencapai 65% atau sekitar 235 butir per ekor per tahun. Untuk meningkatkan produktivitasnya, penulis melakukan berbagai upaya untuk menghasilkan ayam kampung, baik petelur maupun pedaging yang dianggap unggul. Berikut pemaparannya.

A.1 Ayam Kampung Petelur Unggulan
Ayam kampung petelur unggulan merupakan hasil persilangan. Berdasarkan pengalaman beternak ayam kampung, penulis menyilangkan ayam kampung untuk menemukan strain ayam kampung petelur unggulan. Antara lain mengawinkan indukan ayam arab dengan ayam kampung jantan. Penggunaan ayam arab didasarkan pada produksi telurnya yang tinggi, sedangkan penggunaan ayam pejantan kampung untuk mempertahankan sifat-sifat asli ayam kampung. Produktivitas bertelur ayam hasil silangan ini mencapai 65%. Sementara itu, produktivitas bertelur berbagai jenis ayam kampung murni hanya 30-40%.

A.2 Ayam Kampung Pedaging Unggulan
Untuk meningkatkan mutu genetik dan menghasilkan ayam kampung pedaging dengan pertumbuhan bobot optimal, penulis melakukan persilangan antara ayam kampung dengan beberapa jenis ayam buras. Persilangan awal dilakukan dengan mengawinkan ayam kedu jantan berkualitas baik dengan ayam kampung betina berkualitas baik. Selanjutnya, betina hasil persilangan kedua jenis ayam ini dikawinsilangkan kembali dengan ayam pelung jantan berkualitas baik. DOC basil persilangan kedua jenis ayam ini yang digunakan sebagai DOC pedaging. Sama seperti DOC ayam kampung petelur basil persilangan, DOC pedaging basil persilangan ini merupakan final stock. Artinya tidak dapat dikawinsilangkan lagi karena mutunya akan menurun. Keunggulan DOC pedaging basil persilangan ini adalah pertumbuhannya lebih cepat. Ayam kampung pedaging basil persilangan ini dapat mencapai pertumbuhan bobot hingga satu kilogram dalam waktu 2-2,5 bulan. Bandingkan dengan ayam kampung murni yang mencapai pertumbuhan bobot sekitar 1 kg dengan masa pemeliharaan lebih dari 3 bulan dengan sistem pemeliharaan yang relatif sama.

B. Ayam Nunukan
Ayam ini merupakan jenis ayam buras yang potensial sebagai ayam petelur. Nama ayam ini berasal dari daerah tempat ditemukannya banyak jenis ayam ini, yaitu di Tarakan dan Nunukan, Kalimantan Timur. Salah satu nama julukan untuk ayam nunukan adalah ayam cina karena ada yang berpendapat ayam ini berasal dari daratan Cina bagian selatan. Ciri ayam betina nunukan yang memiliki produktivitas bertelur yang baik adalah yang memiliki ekor panjang. Bobot betina nunukan dewasa mencapai 1,9 kg. Produktivitas bertelurnya mencapai 130 butir per tahun (sekitar 35%) dengan bobot telur rata-rata 50 gram per butir. Masa bertelurnya cukup lama, mencapai 3 tahun. Produktivitas ini bisa ditingkatkan dengan pemeliharaan yang intensif. Berbeda dengan betinanya, ayam nunukan jantan memiliki bulu sayap dan ekor yang pertumbuhannya tidak sempurna. Bulu ekornya sangat pendek dan tampak seperti dipotong. Ciri lain nunukan jantan adalah perawakannya cukup besar dengan bobot mencapai lebih dari 4 kg saat dewasa. Jengger dan pial nunukan jantan juga besar dan berwarna merah. Jenggernya tunggal bergerigi delapan dan runcing.

C. Ayam Kedu
Nama ayam kedu berasal dari daerah yang memang banyak dijumpai jenis ayam ini, yaitu Desa Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Ada dua pendapat mengenai asal ayam ini. Ada yang percaya, ayam kedu merupakan ayam asli Pulau Jawa yang kemudian diekspor ke Amerika pada tahun 1930-an dan dikenal dengan nama black Java breed (ayam hitam asal Jawa). Namun, ada juga pendapat yang mengatakan ayam kedu merupakan ayam hasil persilangan antara ayam dorking yang dibawa Raffles dengan ayam buras di daerah Dieng. Ayam ini memiliki ukuran standar ayam biasa dengan jengger tunggal. Ayam kedu betina memiliki bobot sekitar 2-3 kg dan kedu jantan memiliki bobot 2-4 kg. Umur ayam kedu rata-rata 6-8 tahun. Ayam kedu akan mulai bertelur pada umur 138-195 hari. Produktivitas bertelur ayam kedu sekitar 124 butir per tahun (34%). Namun, dengan pemeliharaan intensif menggunakan kandang baterai, produktivitas dapat ditingkatkan. Ayam kedu termasuk ayam buras yang potensial dijadikan ayam petelur dan pedaging. Ayam kedu memiliki beberapa jenis, di antaranya kedu hitarn, kedu putih, dan kedu lurik atau blorok (campuran). Produktivitas kedu hitam lebih tinggi daripada produktivitas kedu putih atau campuran. Pada jenis kedu hitam ada yang dikenal sebagai ayam cemani, yaitu jenis ayam yang seluruh bagian tubuhnya berwarna hitam, hingga daging, tulang, dan darahnya. Ayam cemani dengan kualitas seperti ini sangat langka dan banyak dijadikan ayam koleksi. Sementara jenis kedu hitam yang lain (bukan cemani) hanya memiliki warna hitam di bagian bulunya. Perbedaan mama kedu petelur dengan kedu dwifungsi adalah bobot badannya. Bobot betina kedu petelur sekitar 1,5 kg, sedangkan bobot betina kedu dwifungsi mencapai 2,5 kg. Sementara bobot jantan kedu petelur 2-2,5 kg, sedangkan bobot jantan kedu dwifungsi mencapai 3,5 kg. Kelebihan lain ayam kedu adalah mudah beradaptasi dengan lingkungan baru serta tahan terhadap stres dan penyakit. Ayam cemani. Merupakan salah satu jenis ayam kedu yang seluruh bagian tubuhnya berwarna hitam

D. Ayam Merawang
Ayam merawang merupakan ayam lokal yang banyak terdapat di daerah Bangka Belitung. Meskipun merupakan ayam asli dari Cina, ayam merawang sudah dipelihara cukup lama oleh masyarakat Bangka Belitung sehingga menjadi aset dan unggas lokal unggulan. Ayam merawang memiliki warna bulu yang seragam, yaitu cokelat kemerahan hingga keemasan. Penampilannya mirip dengan ayam ras petelur Rhode Island Red. Ayam ini potensial sebagai ayam petelur. Daya tetas telurnya cukup tinggi, mencapai 86,4%. Ayam merawang. meskipun merupakan ayam asli dari Cina, saat ini sudah menjadi aset dan unggas lokal unggulan di daerah Bangka Belitung

E. Ayam Sentul
Ayam sentul merupakan ayam lokal yang berkembang di wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ayam yang semula banyak dijadikan ayam aduan ini, sekarang dimanfaatkan sebagai ayam petelur atau pedaging. Penampilan fisik ayam sentul mirip dengan ayam bangkok. Bentuk jengger dan pialnya cukup besar dan lebar. Ada lima variteas ayam sentul berdasarkan warna bulunya, yaitu sentul emas, sentul debu, sentul jambe, sentul batu, dan sentul kelabu. Produksi bertelur ayam sentul sekitar 10-18 butir per periode dengan bobot setiap telur sekitar 43 gram. Fertilitas telur ayam sentul cukup tinggi, mencapai 80,4% dengan daya tetas hingga 78,2%.

F. Ayam Pelung
Ayam pelung merupakan jenis ayam buras yang awalnya banyak terdapat di Jawa Barat, terutama di daerah Cianjur dan Sukabumi. Namun, saat ini sudah banyak tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Ayam pelung jantan termasuk jenis ayam buras dengan bobot paling besar di antara jenis ayam buras lainnya. Bobotnya mencapai 3,50-5,50 kg/ekor. Pada masa lalu bahkan mencapai 7,5 kg/ekor. Sementara itu, bobot betinanya maksimum 3,5 kg/ekor. Besarnya pertumbuhan bobot ayam ini menjadikan ayam pelung berpotensi sebagai ayam buras pedaging. Ayam pelung betina mulai bertelur pada umur 165-210 hari. Produktivitas bertelurnya mencapai 68 butir per tahun dengan bobot telur sekitar 42 gram per butir. Ayam pelung. Berpotensi sebagai ayam pedaging, tetapi hingga saat ini lebih sering dipelihara sebagai ayam klangenan karena memiliki suara yang nyaring dan panjang

G. Ayam Hias
Selain jenis yang berpotensial sebagai ayam petelur atau pedaging, ada juga beberapa jenis ayam buras yang cocok sebagai hewan klangenan atau koleksi. Biasanya ayam yang dijadikan klangenan memiliki penampilan unik atau suara yang nyaring, panjang, dan merdu. Beberapa jenis ayam buras yang dapat dijadikan ayam hias di antaranya ayam walik (bahasa Jawa, artinya terbalik). Ayam ini memiliki bulu yang menghadap ke atas, kebalikan dengan bulu ayam lain yang menghadap ke bawah sehingga tampak keriting dan unik. Ada ayam katai yang sosoknya pendek,tetapi bentuk dan warna bulunya cukup menarik. Ada juga ayam kinantan yang berasal dari Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Ayam hias. Biasanya memiliki postur tubuh yang unik dan sering dijadikan hewan klangenan. Jenis ayam buras hias lainnya adalah ayam bekisar yang merupakan keturunan pertama (Fl) dari persilangan antara ayam hutan jantan (Gallus varius) dan ayam kampung betina (Gallus domesticus). Ayam hias ini memiliki keunggulan berupa bulu yang indah dan suaranya yang nyaring dan merdu.

Pustaka
Buku Pintar Beternak dan Bisnis Ayam Kampung Oleh Bambang Krista dan Bagus Harianto

Cara membuat ayam kampung sembuh dari penyakit ngorok, pilek atau yang lebih dikenal dengan istilah tetelo atau gering
  1. Sediakan air putih matang dengan campuran 1 siung bawang putih dengan perbandingan 1 liter air dengan 1 siung bawang putih yang telah ditumbuk, campur tumbukan bawang putih tersebut dengan air yang telah disediakan.
  2. Sediakan balsam gosok, usapkan balsam pada langit langit mulut ayam yang sedang sakit tersebut, tunggu 1 jam, kemudian berikan ramuan bawang putih dengan bawang merah serta kencur yang telah ditumbuk. Kemudian masukan kedalam mulut ayam yang sedang sakit. Lakukan pada malam hari sebelum ayam beristirahat. Dan jangan lupa karantina ayam tersebut dari ayam ayam sehat karena penyakit ini cara menularnya tergolong cepat.
Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!